Nah, ini dia tulisan pertama, langsung
diterbitkan sehabis kata sambutan yang akan kalian jumpai di setiap awal
kunjungan kalian (yupzz… bikin tambah gk mood aja tu tulisan bang… -__-). Tapi
masih dalam kebingungan aku mau cerita tentang apa ya (jiah… =.=”)? Oke, aku
coba ketik aja di Microsoft Word yang konon sedang error akibat jarang
diservice laptopnya (kenapa gk ketik di blog langsung bang?). Tapi lumayan lah
buat memudahkan ketikan sebelum di copas ke Blog.
Baik baik baik… Ini cerita sewaktu aku masih
di sekolah tingkat pertama. Mari kita ingat…. Loading…. In a few minutes
again…(Wahh.. becanda nih yg punya blog). Ini kisah pertama kali aku jatuh
cinta, atau bisa dikatakan baru puber lah (pernah puber bang?). Jadi ga’ bisa
dikatakan jatuh cinta 100% sih, tapi sebagian besar jatuh cintanya karena dia
cantik, imut gitu, kayak gajah tau gk?(imut sebesar gajah, amit-amitnya gimana
lagi bang? :o). So, kejadian itu ‘tepatnya sekitar pas’ (plin-plan nih yg punya
blog) kita beranjak ke kelas 2 lewat 7 bulan SMP, jadi simplenya pada saat kita
kelas 3 kurang 6 bulan (tambah runyam urusannya bang… -__-).
Lantas setelah itu banyak teman-teman yang
gangguin kita, jodoh-jodohin kita, ya taulah tingkah anak-anak SMP dulu, ga’
sperti sekarang, anak SMP pacaran sudah menjadi hal lazim, jadi sante aja… ya
ga’ gan?(koq tau? Anak dukun ya bang?). jadi karena begitu banyaknya dukungan
dari teman-teman (atau abang yg ke-geer-an), maka mulailah aku SKSD atau anak
sekarang nyebutnya PDKT gitu dehh… (oke dehh…-__-). Tapi semua itu aku mulai
bukan dengan cara ‘sok keren’ atau ‘tebar pesona’ gitu, tapi aku buktikan
dengan semangat belajar, meski otak bisa dibilang paling bloon dan lemot di
antara teman-teman sekelas. Lalu sering-sering ambil kesempatan ngobrol sama si
dia, ya ngobrol soal pelajaran gitu (ohh… kirain mencari kesempatan dalam
kesempitan bang). Pastinya cukup
menyenangkan bagiku untuk bisa ngobrol dengan dia walau hanya seesaat, walau
apa yang dikatakannya tak pernah kumengerti, karena obrolannya soal pelajaran
melulu, whahahaha…. (wew, ketawa si abang.. o_o“).
Lalu lama setelah itu aku mendapat kabar,
bahwasanya si dia sudah punya pacar terlebih dahulu (kasian… L), kabarnya melalui perempatan di depan rumah orang tua aku, disana
aku liat dengan mata yang ada di kepalaku, dia sedang jalan sama cowoknya
(makin suram… L). Lalu halilintar menyambar, awan bergemuruh dan angin badai
menerbangkan semua atap cinta yang sedang aku idam-idamkan (galau bener
kayaknya ya bang?). Dengan kepala menunduk aku masuk ke dalam rumah, lalu
menyelesaikan peer yang tadi siang disodor ke jidatku, karena sewaktu ulangan
tidak ikut akibat sakit. Bagus ngerjain peer aja fikirku dengan menafikkan
semua yang aku liat barusan, ‘mungkin salah orang’ fikirku lagi. Lalu sehabis
siap peerku, aku keluar sekedar mencari makanan segar (rumput segar….rumput
segaaarrr…. :O), dan tak sengaja aku
bertemu dengan teman dekat si dia, dan ternyata benar, dia udah punya
pacar. Dan kembali aku melangkah gontai menuju rumah, sembari memakan rumput
segarku sedikit demi sedikit.
Esoknya di sekolah aku tidak melakukan
diskusi dengan si dia, bukannya aku paham sekali dengan pelajaran yang diberika
guruku,. Tapi aku marah (marah?), ya marah karena si dia ga’ ngomong dari awal
kalo dia udah punya pacar, kan ga’ perlu aku susah-susah jadi rajin di depan
dia… (jadi ceritanya nyesal nih jadi orang rajin? ==”). Buang-buang waktu aja,
fikirku. Tapi di sudut hati kecilku, aku masih menyimpan rasa sama si dia, jadi
pada dasarnya aku masih menunggu dia, walaupun sebenarnya aku paling benci
dibuat menunggu.
Hari demi hari berlalu, akhirnya kita naik
ke kelas 3, duduk di atas atapnya (Woy!!!Ngapain disitu!??). Dan selama ini
semua berjalan lancar setelah 5 hari marah-marah gk karuanku sembuh juga
ternyata. Dan kita sering ngobrol, dan topiknya masih tentang pelajaran. Dan oh
ya, aku mendapat nilai yang bagus semester ini akibat si dia, itu semua berkat
Terima jawaban darinya dan aku Kasih soal untuk di jawabnya, sehingga komplit lah ucapan Terima Kasih
untuknya :D. (What The -), dan akhirnya kita satu kelas barengan lagi, dan itu
hadiah yang paling kusuka setelah perjuanganku menjadi rajin selama ini.
Intinya, Rajin is not so difficult. Namun tetap membutuhkan 'modal' {Aku tak punya uaaanggg :'( }. Modal di sini bukan dalam bentuk materi, atau bahasa kerennya fulus fulus... (hooo.... o.O). Modal yang bagaimanakah itu, sudah tentu modal tersebut ialah sesuatu yang membuat kita dapat bersemangat dalam melakukan sesuatu, misal pacar yang cantik or tampan, atau ingin mendapatkan hati dari seseorang yg kita dambakan. Namun jika tidak ada modal tersebut, maka sebaiknya di cari dari sekarang semangat tersebut. Kalo bukan sekarang, mau jadi apa kita di masa mendatang? Coba renungkan dari sekarang, hidup ini penuh dengan persaingan lohh...
Intinya, Rajin is not so difficult. Namun tetap membutuhkan 'modal' {Aku tak punya uaaanggg :'( }. Modal di sini bukan dalam bentuk materi, atau bahasa kerennya fulus fulus... (hooo.... o.O). Modal yang bagaimanakah itu, sudah tentu modal tersebut ialah sesuatu yang membuat kita dapat bersemangat dalam melakukan sesuatu, misal pacar yang cantik or tampan, atau ingin mendapatkan hati dari seseorang yg kita dambakan. Namun jika tidak ada modal tersebut, maka sebaiknya di cari dari sekarang semangat tersebut. Kalo bukan sekarang, mau jadi apa kita di masa mendatang? Coba renungkan dari sekarang, hidup ini penuh dengan persaingan lohh...