Sebelumnya
penulis memohon maaf sebesar-besarnya jikalau ada kata-kata yang
menyinggung segenap jajaran Pendidikan di Tanah Air, karena ini untuk
membuka mata kita semua tentang persoalan-persoalan yang di hadapi oleh
tenaga pendidik dan akibatnya bagi siswa di seluruh Tanah Air kita yang
tercinta ini.
Ujian
Nasional atau yang popular dengan sebutan EBTANAS atau UNAS atau UAN
atau UN itu sebenarnya program apa? Dari beberapa berita yang pernah
kita baca atau sekedar kita dengar, UN merupakan progam penyeleksi para
siswa yang akan meninggalkan sebuah jenjang sekolah (SD, SMP/MTsn,
SMA/SLTA/MAN) yang telah dijalankan oleh para siswa/siswi, juga
dijadikan sebagai pantauan untuk melihat kualitas pendidikan di seluruh
Tanah Air. Kurang lebih seperti itulah yang pernah penulis baca
sebelumnya.
Jika
memang begitu tujuan pemerintah kita, apakah kita tidak heran jika
banyak sekolah (apalagi yang bukan sekolah favorit) yang kelulusan
siswanya mencapai hingga 100%? Sedangkan yang katanya UN pada saat
sedang di jalankan selalu di jaga ketat, bahkan pada penjagaan soalnya
selalu di bantu oleh para personik kepolisian. Apakah peserta didik kita
itu jenius semua atau bagaimana???
Memang
hal ini tak dapat dijadikan pokok permasalahan untuk UN yang bersistem 2
paket (A dan B), karena para siswa masih dapat mencontek dengan tenang
tanpa sepengetahuan pengawas. Namun bagaimana dengan UN yang jelas-jelas
bersistem 5 paket (A, B, C, D, dan E )seperti UN yang belum lama ini
(Tahun 2011). Menjadi pertanyaan besar bukan pabila ada sekolah yang
tingkat kelulusannya mencapai 100%? Toh kita semua tahu bagaimana
bandelnya para siswa-siswi sekarang yang banyak kasus yang
pernah dilakukan para siswa (seperti bolos, tukang merokok, dll) yang
pernah masuk dalam media massa? Jangan munafik deh, toh yang saya tulis
ini benar bukan? Lagian saya juga pernah bersekolah pada setiap jenjang
pendidikan.
Penulis
merupakan alumni siswa SLTA tahun ajaran 2007/2010. Pada saat itu masih
bersistem 2 paket soal (A dan B). Yang sangat penulis herankan ‘koq’
pengawas ujiannya membiarkan para muridnya menyontek, bahkan hingga
bersikap acuh tak acuh pada gerak-gerik siswa yang notabene dapat
diketahui hanya dengan sekali lihat. Dan pada Tahun 2011 ini, saya ada
dengar-dengar dari para siswa yang melaksanakan UN tahun 2011, mereka
telah mendapatkan jawaban stengah jam sebelum soal ujian dibagikan. Ini
sangat membuat hati saya menangis. Bagaimana tidak, baru usia dini sudah
mulai di ajarkan korupsi dalam tingkat menengah. Ya, ini sudah tingkat
menengah karena apabila ketahuan para guru dapat dijebloskan ke dalam
penjara.
Jadi
dalam hakikatnya saya menulis tulisan ini bukan untuk membuka aib kita
sendiri, tapi ini agar para pemerintah dapat membuka mata mereka bahwa
UN itu tidaklah efektif di Indonesia ini. Karena pada hakikatnya semua
sekolah itu tak mau menanggung malu apabila ada siswanya yang
berprestasi tidak Lulus dalam UN. Karena UN sekarang kelulusannya
ditentukan dari bagus atau tidaknya bulatan yang di buat dalam lembar
jawaban dan dari kerapian siswa dalam menjaga LJK-nya.
Satu
lagi jadi pertanyaan kita (mohon maaf untu)k kata2 saya pada bagian
ini), sebenarnya dari mana Guru kita mendapatkan jawaban UN tersebut?
Sudah barang tentu untuk menjaga marwah sekolah, apapun dilakukan oleh
para guru untuk menjaganya, dan dinas jawaban juga tak akan bertahan
rahasianya apabila di bayar mahal bukan?
Nah,
oleh karenanya saya berharap para pemerintah sebaiknya biarlah para
guru bekerja dalam hal pendidikan serta penentuan kelulusan siswa,
karena gurulah yang telah memantau perkembangan para siswa selama
bertahun-tahun, pastinya guru juga tahu mana yang berhak diluluskan dan
mana yang tidak. Jangan ciptakan lagi Gayus-gayus dan
Nazaruddin-Nazaruddin untuk stok para koruptor penerus di masa depan.
Jangan lagi ada yang namanya KKN di Indonesia ini. Amin.